Photobucket
WELCOME FRIENDS TO MY BLOGSPOT LUV U ALL

perjalanan cinta kami

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

26 Februari 2010

Air mataku mengalir lagi untuk kesekian kalinya

Tuhan beri kekuatan otak untuk melakukan kontrol dan perintah pada anggota tubuh. Tangan mengepal, kaki berjalan, bibir tersenyum, mata melirik. Tapi ia (otak, Red) tak mampu menghentikan aliran air mata yg menetes tanpa diminta…
Sekuat apapun mencoba, sekeras apapun otak memerintahkan, air mata terus menetes tak tertahan. deras dan semakin deras, ah! mengaburkan pandanganku ke monitor meski jari tangan tetap lincah menekan huruf-huruf untuk merangkai kalimat.
CENGENG!. Salah satu warisan  bunda yang aku syukuri sekaligus ku benci. Bersyukur karena tangisan mewakili rasa dan emosi, tangisan juga bukti belum membekunya sepotong hati.
Membencinya karena telah menunjukkan kelemahan dan membuka benteng pertahanan diri. Tapi apapun arti yang ia wakili, aku tetap berterima kasih untuk sedikit beban yang ia bawa pergi, menguap, lenyap, hilang, meski mungkin akan kembali seperti air mata yang akan selalu ada, abadi.

Tangisku belum jua berhenti, demi menikmati sakit dan detail kenangan yang masih menghantui. Yang seringkali kembali meski otak telah  menghalaunya pergi.
Kali ini aku mengizinkan diri untuk menuliskannya di sini, sekali ini, untuk kemudian benar-benar menjadikannya pelajaran  agar  semakin berhati-hati dan lebih mendekatkan diri pada Ilahi.


Saat kecil kita selalu berkata apa adanya, tanpa bumbu, apalagi hiasan pemanis yang tak menyehatkan
ah, terima kasih kepada cerita, tulisan, dan mereka yang telah mengajarkanku sesuatu. aku bukan pecinta seremonial, tapi di Hari Guru Nasional, hari ini, tak ada salahnya berterima kasih kepada siapapun dan apapun yang sudah berjasa dan membuat kita belajar, bahkan ketika itu menyakitkan.

22 Februari 2010

Perjalanan Hidupku Kian panjang

Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesarku adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya Aku mesti berjuang, serta belajar menyingkap segala rahasia kehidupan.
Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detik jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan.

Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam menentukan sikapnya. Ada yang berjuang untuk melaluinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang dia ada.

Dan rahasia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.

Semua Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk kesuksesan. Tanpa masalah,Qta tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Keberhasilan ini tidak dpt diukur dengan apa yang telah ku raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat kutetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi.

15 Februari 2010

Dia Mencintaiku Sepenuh Hatinya

Kepada engkau yang mencintaiku…
Aku ingin berucap padamu
Terima kasih telah menjadikanku seseorang yang berarti dalam hidupmu
Terima kasih telah menjadikanku bermakna padamu
Terima kasih telah membuat kehadiranku tak sia-sia
Terima kasih telah kau bangunkan di hatimu untukku sebuah kamar istimewa
Terima kasih telah membuatku merasakan fitrah manusia yang merupakan ujian terberat untuk melawan duniaNya

Kepadamu yang mencintaiku……..
Kumohon jagalah lisanmu……
Jagalah pandanganmu……..
Jagalah segala perbuatanmu
Dan jagalah hatimu……
Dari bermaksiat padaNya…
Jagalah hatimu yang tertinggi hanya untukNya….

Kepadamu yang mencintaiku…
Janganlah melanggar batas yang telah ditetapkanNya

Kepadaku yang mencintaimu…

Bahwa bila pada saatnya tiba
Bahwa bila engkaulah sang belahan jiwa
Akan ada saatnya saat berucap kata
“saya terima …” dari bibirmu bersama dengan tasbih kepadaNya
saat itulah kan kuberi segala asa, bahagia, suka dan segala rasa di hati ini hanya kepadamu…

Kepadaku yang mencintaimu
Dan kepadamu yang mencintaiku
Bila pun suatu saat, engkau bukanlah yang tertulis untuk menjadi imamku
Dan aku bukanlah orang yang akan membangun bersamamu istana yang penuh dengan tasbih untukNya
Maka hal itulah yang terbaik untukmu
Maka hal itulah yang terbaik untukku
Maka hal itulah yang terbaik untuk agama kita
Maka hal itulah yang terbaik untuk masa depan kita
Maka hal itulah yang terbaik untuk semuanya…

Karena ketidakpastian itulah wahai engkau yang mencintaiku dan aku yang mencintaimu
Janganlah membiarkan rasa yang mungkin kini telah ada
Janganlah engkau memupuk bunga cinta yang bukan Allah Swt
Janganlah engkau memperbesar segala asa yang ada

Mari kita mundur selangkah
Demi seseorang yang kita tidak tahu siapa
Yang akan menjadi belahan jiwa kita di dunia dan di jannahNya
Meski hati ini ingin berdoa engakaulah orangnya…

Karena aku ingin mendapati tempat terspesial di hati imamku
Hanya dengan namaku
Karena itu…
Berusaha menghalau sekuat tenaga
Dan mengisinya hanya dengan namanya
Dan menghiasinya dengan senyum dan kehangatannya
Dalam janji suci dengan ALLAH sebagai saksinya….


13 Februari 2010

Mencintaimu Tanpa Batas dan Jangkauan

Aku ingin mencintaimu setiap hari seperti bayi yang bertumbuh merangkak dan berdiri tegak dan akhirnya cinta menjadi kuat. aku ingin di cintaimu tanpa batas waktu

Ketika seseorang mencintaimu..
Mungkin ia tak akan pernah bisa memberi alasan mengapa jatuh cinta
Karena yang dia tahu, hanya ada kamu di matanya.
 
Ketika seseorang mencintaimu.. 
Mungkin ia akan kerap membuatmu marah, jengkel, sebel luar biasa
Tapi dia tidak tahu, hal bodoh apa yang telah dia lakukan
Yang dia tahu, dia hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu.
 
Ketika seseorang mencintaimu.. 
Mungkin dia akan jarang memberimu pujian, rayuan atau setangkai mawar
Karena baginya, semua itu tak dapat mewakili perasaan takjubnya padamu
Yang dia tahu, hanya kamu yang terbaik dan pantas menghuni hatinya.
 
Ketika seseorang mencintaimu.. 
Munkin dia akan marah hanya karena satu hal kecil, hanya karena kau tak segera membalas sms, misalnya
Karena baginya, suatu siksaan besar bila tak mengatahui kabarmu barang sejenak.
 
Ketika seseorang mencintaimu.. 
Mungkin akan melupakan hari-hari yang kau anggap istimewa
Karena baginya, setiap hari bersamamu adalah hari yang teramat istimewa.
 
Ketika seseorang mencintaimu.. 
Mungkin tak akan pernah memberimu janji apa-apa
Karena ia tak ingin mengingkarinya dan membuatmu tak lagi percaya padanya.
 
Seseorang yang sangat mencintaimu.. 
Mungkin akan terasa sangat membosankan
hingga kau mungkin merasa tak kan bisa hidup lama bersamanya
dan merasa semua kebebasan dan hak hidupmu terampas olehnya
 
Kenyataannya, aku membutuhkanmu sepanjang hidupku. Kamu melengkapi hidupku dan mengisi kekosongan hatiku. Aku mencintaimu setiap hari, sekarang dan selamanya
Ya Allah Restuilah Kami Menuju Jalanmu

11 Februari 2010

Karena cinta adalah kata kerja

Saat ia ucapkan akad di depan wali,
Baru kusadari..
Saat itulah kujatuh cinta
Untuk pertama kali!

Mungkin terdengar ganjil pernyataan di atas. Tapi ya, aku belum jatuh cinta padanya sebelum pernikahan. Makanya lebih seringnya kusebut ini dengan “bangun cinta” daripada ‘jatuh cinta”. Karena bagiku ‘jatuh” adalah sebuah proses kebetulan dan ketidaksengajaan sesaat. Sedang “Bangun” adalah usaha yang berlandas pada visi dan kesadaran. Dan Orang-orang kuat mencintai dengan segenap kesadarannya.
Dari dulu aku memang berprinsip “Aku bisa mencintai siapapun, tapi saat ada laki-laki yang sholeh, yang bersedia bertanggungjawab menjadi imamku, aku tak boleh menolaknya”. Karena bagiku, cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati ini menjadi makmum bagi kerja-kerja cintaku.

Aku sebenarnya mengenalnya sudah begitu lama,kurang lebih selama Lima tahun karena kami berdua adalah teman satu angkatan di fakultas . Jadi kami hampir selalu bersama sampai meraih gelar . Namun sama sekali tak ada komunikasi intensif yang tak seharusnya, tak ada rasa sebelum waktunya. Walau dalam hatiku aku pernah juga berdo’a mendapat laki-laki sesholeh,secerdas dan setampan dia. Hanya bisikan hati dalam sepi. Dan Allah memang tak pernah tidur. Ternyata Allah mengabulkan do’a yang paling jujur dari hati kita.

Tidak terasa waktu berjalan cepat karena hanya keindahan-keindahan dirinya yang kutemukan. Walau kadang ada masalah, kadang ada saatnya ingin merengut,meledak, suntuk dan kehilangan arah, namun kami sadar bahwa itulah proses pembelajaran untuk mencintai sampai mati.
Teringatku kalimat buku dari Mba Asma Nadia:
“Kalau kucemburu, semoga hanya saat Tuhan juga cemburu padaMu”
Dan bila bisa kutambahkan,
“Kucinta dirimu, Karena kucinta Tuhanku”

06 Februari 2010

Selamat Ulang Tahun Ibuku

Dini hari ini, pukul 01.00 WIB, 07 February 2010

Selamat Ulang Tahun Ibu…
Semoga semua doamu pagi ini menjadi doa terindah yang dikabulkan-Nya…

Ibu, seorang wanita luar biasa yang mampu menghadapi keras kepalaku, seorang gadis kecil berusia 9 tahun yang tidak bisa memahami bahwa mama telah pergi pada-Nya, dan tak bisa menerimanya saat bapak mengenalkannya pada kami sebagai ibu. Dia tetap selalu ada untuk kami, meskipun dalam pikiranku dia bukan mama dan dia takkan bisa…
Maha Besar Kau telah memberikanku Hidup kau sgalanya di hidupku ... Bunda yg ku cintai didalam hatiku dia terbaik dimataku selamnya. Dan semua yg ku punya akan ku pertaruhkan semua untuk membalas kasih sayang mu ibu
Ibu, seorang wanita luar biasa yang mampu bertahan dalam apa pun yang terjadi pada keluarga kecil yang rapuh sepeninggal mama, yang tetap berada di rumah kami meski dia harus menunggu selama lebih dari bilangan tahun agar kami, kedua mutiara kecilnya, mau memeluknya dan berkata, “Ibu aku mencintaimu”
Ibu, seorang wanita luar biasa yang Allah berikan sebagai anugerah terindah pada keluarga kami. Yang selalu memberikan yang terbaik tuk bapak dan kedua putrinya sepenuh jiwa sebagai harta paling berharga miliknya.
Selamat ulang tahun ibu,
Kuingin kau tahu, betapa aku mencintaimu dengan sangat…
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….

Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…
Kau mencintaiku
Seperti bumi
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Menanggung beban derita
Tak pernah lelah
Menghisap luka

Kau mencintaiku
Seperti matahari
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membagi cerah cahaya
Tak pernah lelah
Menghangatkan jiwa

Kau mencintaiku
Seperti air
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membersihkan lara
Tak pernah lelah
Menyejukkan dahaga

Kau mencintaiku
Seperti bunga
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Menebar mekar aroma bahagia
Tak pernah lelah
Meneduhkan gelisah nyala


Dari Kami Anak Anak Kebanggaanmu 

03 Februari 2010

Menikah Muda Atau Menikah Mapan? Think About It

Dalam Artikel Ini Saya Ingin Anda Semua Berpikir Lagi MenenTukan Apa Yang Menjadi Tujuan Dr Pernikahan Kalian
 
Karna Banyak pasangan muda yang terjebak dalam dua pilihan ini. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum akhirnya mengambil keputusan yang manakah yang akan dilakukan. Pernikahan bukan sekedar permasalahan  menyatukan dua pribadi ke dalam satu ikatan. Lebih dari itu, pernikahan merupakan sebuah keputusan besar menyangkut masa depan, ya masa depan yang akan dan harus dihadapi oleh pemilihnya. Pertimbangan apa saja yang kemudian harus dilakukan sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk menikah?

1.   Dosa

Banyak pasangan muda yang memutuskan untuk menikah dengan pertimbangan menghindari perbuatan dosa. Apakah benar agama memerintahkan seperti itu? Banyak pendapat yang akhirnya harus ditilik ulang mengenai hal ini. Agama memerintahkan seseorang untuk menikah pada saat seseorang sudah siap, kesiapan disini adalah kesiapan secara menyeluruh, dan tidak ada agama yang menyebutkan perintah untuh menikah agar terhindar dari perbuatan dosa. Dalam Islam sendiri di jelaskanbahwa menikah itu harus dilakukan apabila seseorang telah merasa siap dan apabila belum siap maka berpuasa-lah. Kalau pembenaran ini yang kemudian digunakan sebagai alasan mengapa orang menyebutkan bahwa menikah adalah untuk menghindari perbuatan dosa, rasanya terlalu dangkal.
Pada saat kita menikah dengan alasan untuk menghindari perbuatan dosa, maka alasan utama pernikahan yang akan berlangsung adalah nafsu. Mengapa demikian, karena mau tidak mau kita harus mengakui menikah ataupun tidak menikah dosa itu tetap saja dapat terjadi. Semua kembali kepada niat dan hati. Semurni apakah niat kita untuk membentuk sebuah ikatan suci, sehingga nafsu bukan menjadi awal dasar pemikiran untuk mengambil keputusan melaksanakannya.
Mungkin banyak yang menyangkal kalau alasan menikah untuk menghidari perbuatan dosa adalah didasari oleh nafsu. Tapi coba fikirkan ulang, ”Saya menikah untuk menghindari perbuatan dosa”. Perbuatan dosa apa yang dihindari jika kita tidak berbicara tentang nafsu? Saya kira penjelasan sedikit ini pun sudah menjadi logis, bukan.
Agama menjelaskan bahwa menikah adalah sebuah tanggung jawab. Alasan untuk menghidari perbuatan dosa adalah alasan yang paling dangkal untuk dijadikan dasar mengapa seseorang menentukan untuk menikah di usia muda. Karena lebih dari itu pernikahan adalah sebuah ikatan suci dimana dua orang yang memutuskan terikat dalam sebuah pernikahan bertanggung jawab untuk saling membina sehingga akhirnya tercipta sebuah keluarga yang harmonis sesuai dengan harapan.
Saat ini berapa banyak pasangan yang tidak menemukan keharmonisan dalam kehidupan keluarganya. Dapat kita yakini bahwa ini bisa terjadi karena kesalahan dasar yang diletakkan atas pernikahan itu. Karena tidak ditemukan esensi pernikahan yang sesunguhnya pada saat mengambil keputusan untuk menikah. Hal ini biasanya disebabkan karena pada beberapa orang yang memutuskan untuk menikah muda kondisi mereka secara mental belum stabil, sehingga yang ada hanyalah keinginan untuk bisa selalu bersama dan semua yang ada dipandangannya tentang pasangannya adalah keindahan. Entahlah keadaan itu dapat bertahan berapa lama, jika ternyata alasan menikahnya memang tidak tepat. Bukankah Tuhan juga tidak menyukai perceraian?!

2.   Orang Tua

Yang paling banyak idak setuju saat seseorang memutuskan untuk menikah muda, biasanya adalah orang tua. Tidak hanya orang tua dari pihak perempuan, tetapi juga orang tua dari pihak laki-laki. Mengapa demikian?
Mari kita berada di pihak orang tua perempuan.
Apa yang kita harapkan dari pernikahan anak perempuan kita? Siapa yang kita harapkan untuk dapat menjadi pendamping hidup anak perempuan kita? Seperti apa yang kita harapkan dari kehidupan anak perempuan kita setelah menikah?
Bahkan orang tua dengan kekayaan berlimpah yang tak akan habis membiayai seluruh keluarganya pun akan memikirkan hal ini. Karena bukan hanya materi yang menjadi bahan pertimbangan orang tua untuk melepaskan anak perempuannya menikah dengan seorang laki-laki. Tetapi bukan berarti juga cukup bagi seorang laki-laki bertingkah laku baik ataupun berpendidikan layak untuk memenuhi pertimbangan menjadi pendamping hidup anak mereka.
Apa yang biasanya menjadi pertimbangan orang tua sebelum melepaskan anak-anak perempuan mereka ke jenjang pernikahan. Dalam kebudayaan kita, kita sering mengenal istilah ”bibit, bebet, dan bobot”. Lalu apa pula artinya itu?
Biasanya orang tua akan melihat asal-usul calon suami anak perempuannya, siapa orang tuanya, dimana rumahnya, seperti apa keluarganya, lingkungannya. Mungkin yang tampak tidak seberat itu, tapi itulah yang terjadi. Itu baru dari salah satu sisi. Masih ada lagi pertimbangan lainnya seperti pekerjaan, dan tentu saja pertimbangan logis lainnya.
Percaya atau tidak, seorang sahabat sampai pernah menjadi semacam detektif sewaan orang tua seorang anak perempuan untuk mencari tahu mengenai laki-laki yang berniat ingin menikahi puterinya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan puterinya juga laki-laki tersebut. Dan hasil investigasi rahasia itulah yang akhirnya menjadi dasar keputusan sang orang tua untuk memberikan ijin kepada puterinya menikah dengan leki-laki tersebut.
Intinya orang tua seorang perempuan ingin benar-benar yakin jika mereka melepaskan puterinya kepada laki-laki yang tepat. Yang akan memberikan kebahagiaan, kedamaian, perlindungan, serta pengayoman kepada puteri mereka. Sehingga merekapun dapat tersenyum bahagia melihat puterinya berbahagia membina keluarga yang harmonis bersama laki-laki pilihan hatinya.
Patut disadari oleh setiap laki-laki bahwa memberikan keyakinan kepada orang tua seorang perempuan bahwa puteri mereka tidak akan pernah tersia-siakan adalah penting. Tapi tidak cukup hanya itu bagi orang tua perempuan untuk dapat sampai berkata ”ya”. Tetapi tidak perlu terlalu takut ataupun gentar, karena saat ini orang tua pun tidak lagi memaksakan kehendak mereka, mereka hanya memberikan pertimbangan-pertimbangan sebelum akhirnya sampai pada keputusan bersama. Bukankah dalam budaya kita menikah itu bukan hanya menyatuka dua pribadi, tetapi adalah mengikatkan dua keluarga dalam satu ikatan persaudaraan.
Lalu bagaimana dengan orang tua laki-laki?
Sama seperti halnya orang tua perempuan, orang tua dari pihak laki-laki pun juga memiliki pertimbangan-pertimbangan sebelum mengijinkan putera mereka menikahi seorang perempuan. Yang paling banyak terjadi adalah pertimbangan bahwa apakah putera saya tersebut benar-benar siap untuk melangkah kejenjang pernikahan, dan menjadi pemimpin dalam keluarganya nanti. Tentu saja selain juga pertimbangan ”bibit, bebet, dan bobot” dari pihak perempuan yang kelak menjadi istri bagi puteranya.
Logisnya adalah semua orang tua menginginkan yang terbaik bagi putera dan puterinya. Apalagi pernikahan adalah sebuah ikatan yang diharapkan tak berbatas waktu. Mereka ingin agar putera dan puterinya mendapatkan kehidupan yang baik dan juga kebahagiaan setelah menikah. Serta tidak menjadi beban bagi keluarganya tentunya. Ini semua terlepas dari usia berapakah mereka akan melepaskan puter puterinya tersebut ke pintu gerbang pernikahan.

3.   Mental

Mungkin ini yang benar-benar perlu disiapkan dan dipertimbangkan secara matang. Mau tidak mau, diakui atau tidak, mental orang-orang muda masih jauh dari stabil. Banyak memang hal-hal positif dari keadaan mental yang dinamis ini. Tapi juga tidak sedikit yang pada akhirnya menyesali keputusan yang pernah di buat lalu ingin mengubah keputusan tersebut. Bayangkan bila hal ini yang terjadi dengan kehidupan pernikahan.
Cinta membutakan segalanya. Yang terlihat hanyalah keindahan. Semua menjadi terasa emosional saat berurusan dengan hal ini, sehingga logika pun jauh terabaikan. Tidak hanya mereka yang berusia muda yang bisa dibutakannya, bahkan mereka yang sudah berumur pun juga sangat mungkin dibutakan oleh cinta.
Bayangkan, dalam keadaan buta dengan kondisi mental yang tidak stabil, mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan, tidak hanya diri sendiri tapi juga orang lain. Apa jadinya keputusan itu? Peluangnya 50-50. Berhasil atau gagal. Tepat atau sama sekali salah. Sayangnya biasanya diusia muda dengan mudahnya kita berkata, ”Semua hal dalam hidup ini kan ada resikonya, kalau tidak di coba kita tidak pernah tahu.” Hay, anak muda! Ini bukan masalah coba-coba! Ini masalah masa depan hidup anda dan orang yang menurut anda adalah cinta sejati anda. Benar setiap keputusan itu beresiko, tapi anda tidak bisa bermain-main dengan hal yang satu ini. Sekali anda salah melangkah, yang anda rusak adalah sebuah kehidupan. Masih bagus jika saat anda menganggap itu adalah kegagalan belum ada orang ketiga, keempat dan seterusnya yang seharusnya menjadi pelengkap hidup anda. Ya, anak. Terpikirkan kah masalah ini saat anda berkata ”semua ada resikonya”? Tidak sedikit anak yang menjadi korban kesalahan keputusan orang tuanya sebelum mereka diciptakan.
Oleh karena itu, untuk masalah yang satu ini kita benar-benar memerluakn nasehat dan pertimbangan dari orang-orang terdekat yang memiliki pengalaman lebih. Mereka akan menceritakan hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan saat kita memutuskan untuk membina rumah tangga, terutama di usia muda. Mereka akan membantu kita untuk melihat lebih dalam mengenai cinta yang kita rasakan, sehingga cinta itu benar adanya sehingga kita tidak buta saat memutuskan melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Mereka akan dengan bijaksana tidak menggurui kita untuk mengambil langkah tertentu, tapi membantu kita berpikir dan mempertimbangkan matang-matang mengenai keputusan yang akan kita ambil.
Akan ada banyak permasalahan yang harus dihadapi saat kita memutuskan untuk menikah. Bahkan satu menit pertama setelah ikatan itu diresmikan. Status, sadar bahwa kita adalah kepala, kaki, mata, tangan, mulut dan jiwa bagi pasangan kita sehingga tidak ada lagi waktu untuk bersikap egois, apalagi sampai ”cuci mata”. Dengan status yang baru, akan selalu hinggap tanggung jawab baru pula. Dan dibutuhkan kesiapan mental untuk itu. Berbagi, juga menjadi permasalahan baru. Percaya atau tidak, setelah menikah berbagi itu tidak sama dengan pada saat berpacaran. Di tingkat ini berbagi adalah seutuhnya, bahkan berbagi kehidupan. Bukan sekedar berada disisinya saat ia sakit, tetapi lebih dari itu juga berfikir cara apa yang harus dilakukan untuk kesembuhannya. Bukan sekedar berbagi es krim sambil tertawa dan bercanda di taman, tapi hingga berfikir apa yang harus aku lakukan untuk memenuhi kebutuhannya esok, lusa dan nanti. Itu baru kebutuhan, lain lagi dengan keinginan. Bukan sekedar berbagi tempat duduk, tapi bahkan berbagi setiap ruang-ruang pribadi. Rumah, kamar, kamar mandi, bahkan tempat tidur. Bukan satu dua hari, tapi seluruh sisa hidup kita. Dan yang lebih berat lagi (karena memang tidak bisa dibilang ringan), dimana saya dapat memberikan perlindungan dan keamanan serta kenyamanan menjalani kehidupan yang telah dipercayakannya kepada saya. Benar, termasuk juga didalamnya materi; tempat tinggal, nafkah lahir, dan sebagainya. Kadang tidak perlu mewah atau berlebihan, tetapi cukup untuk memberikan kebahagiaan.
Bagaimanapun kondisi mental yang tidak stabil saat berada dalam kehidupan pernikahan akan lebih banyak membawa kedalam kesalahan. Tidak sedikit akhirnya membuahkan kekerasan akibat tekanan yang terjadi setelah menikah. Tidak sedikit juga yang merasa kecewa dan terlambat menyadari ternyata pasangannya adalah bukan seperti yang dibayangkan sebelumnya. Perbedaan ideologi yang muncul setelah menikah, kemudian menumbuhkan konflik, disertai egoisme, lalu akhirnya berpisah. Semua tidak pernah terbayangkan sebelum menikah. Karena sekali lagi, saat itu semuanya adalah keindahan.

4.   Materi

Bagaimanapun tidak ada yang mengharapkan hidup dalam tekanan materi. Bohong, kalau kita berkata makan sepiring dua dengan cinta tetap akan bahagia. Dan mau tidak mau, dikatakan atau tidak, setiap orang tua ingin anaknya mandiri pada saat masuk ke dalam kehidupan pernikahan. Tidak lagi tergantung pada suntikan dana dari mereka.
Pada saat kita berkata saya akan menikah kepada orang tua, maka yang terlintas di benak mereka adalah, ”anak saya telah siap menjadi seseorang.” menjadi seseorang disini berarti kita siap mempunyai hidup kita sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri serta kerluarga kita, dan tidak lagi tergantung pada mereka.
Mau tidak mau materi selalu menjadi bahan pertimbangan saat seseorang memutuskan akan menikah. Bayangkan, di negara kita, dengan budaya kita, untuk menikah saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Padahal dalam agama menikah itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang demikian besar. Selama syarat dan rukunnya terpenuhi pernikahan itu sudah sah. Tapi siapkah anda dengan pendapat lingkungan dan masyarakat saat anda menikah hanya secara agama saja? Sudah terlanjur mengakar jika kebanyakan orang di sekitar kita lebih cenderung untuk menilai sesuatu secara negeatif. Dan konsekuensi itu juga yang harus kita hadapi. Bahkan jika kita pernikahan kita seperti yang kita lihat di film-film hollywood yang hanya prosesi dan sedikit makanan kecil. Tetap saja akan terdengar nada-nada sumbang. Mengapa terjadi? Karena masyarakat kita terbiasa dengan upacara yang ternyata membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bukan hanya upacaranya, tetapi kemudian juga resepsinya. Dana yang tidak sedikit bukan? Padahal masih banyak hal yang harus dilakukan setelah upacara pernikahan itu selesai.
Telah dibahas sebelumnya mengenai kebutuhan-kebutuhan pasca pernikahan. Ternyata hal-hal tersebut tidak hanya secara mental, tetapi juga terkait secara signifikan dengan kebutuhan materi. Bayangkan, dimana kita akan tinggal? Pondok mertua indah? Sewa rumah? Atau memiliki rumah sendiri? Berapa biaya yang anda pelukan untuk itu?jika pun tinggal bersama orang tua, apakah kita juga akan menggantungkan hidup kita sehari-hari kepada mereka? Makan kita, minum kita, pakaian? Sampai kapan? Belum lagi urusan kehamilan, persalinan, anak, tidak satupun yang lepas dari materi, bukan!
Pada akhinya kita harus kembali pada pemikiran bahwa pernikahan adalah sebuah keputusan jangka panjang yang harus dipikirkan secara matang. Menikah muda atau mapan adalah pilihan bagi setiap orang. Karena inti pernikahan tidak terletak dari berapa usia kita, atau berapa banyak deposito yang kita miliki. Pernikahan perlu pemikiran yang lebih dari itu. Saya teringat kata-kata yang disampaikan seorang sahabat, ”Tidak pernah selesai jika kita menungu waktu yang tepat untuk menikah, kapan pun pernikahan adalah sebuah keputusan. Saat kita memutuskan untuk melaksanakannya, lakukanlah. Hari ini, besok atau lusa sama saja. Selama kita mantap dan siap dengan semua konsekuensinya.”
Ya, mantap dan siap dengan semua konsekuensinya. Akhirnya saya kembali berfikir, benar bahwa kedewasaan dan kematangan mental tidak tergantung pada usia dan deposito yang kita miliki. Tapi dari seberapa besar kita berani mengemban tanggung jawab besar atas sebuah kehidupan. Tidak hanya kehidupan kita sendiri, tapi juga kehidupan orang lain, pasangan hidup serta keturunan kita kelak :)